Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk
bahasa yang biasanya merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat. Dalam upaya
menghimpun beberapa kalimat menjadi paragraph, yang perlu diperhatikan adalah
kesatuan dan kepaduan. Kesatuan berarti seluruh kalimat dalam paragraf
membicarakan satu gagasan(gagasan tunggal).Kepaduan berarti seluruh kalimat
dalam paragraf itu kompak, saling berkaitan mendukung gagasan tunggal paragraf.
Dalam kenyataannya kadang-kadang kita menemukan
alinea yang hanya terdiri atas satu kalimat, dan hal itu memang dimungkinkan.
Namun, dalam pembahasan ini wujud alinea semacam itu dianggap sebagai
pengecualian karena disamping bentuknya yang kurang ideal jika ditinjau dari
segi komposisi, alinea semacam itu jarang dipakai dalam tulisan ilmiah.
Paragraf diperlukan untuk mengungkapkan ide yang lebih luas dari sudut pandang
komposisi, pembicaraan tentang paragraf sebenarnya ssudah memasuki kawasan
wacana atau karangan sebab formal yang sederhana boeh saja hanya terdiri dari
satu paragraf. Jadi, tanpa kemampuan menyusun paragraf, tidak mungkin bagi
seseorang mewujudkan sebuah karangan.
Syarat Paragraf
Paragraf yang efektif harus memenuhi dua syarat
,yaitu adanya kesatuan dan kepaduan.
1) Kesatuan paragraf
Sebuah paragraf dikatakan mempunyai kesatuan jika
seluruh kalimat dalam paragraf hanya membicarakan satu ide pokok ,satu topik /
masalah. Jika dalam sebuah paragraf terdapat kalimat yang menyimpang dari
masalah yang sedang di bicarakan, berarti dalam paragraf itu terdapat lebih dari
satu ide atau masalah.
2) Kepaduan paragraf
Seperti halnya kalimat efektif , dalam paragraph ini
juga dikenal istilah kepaduan atau koherensi. Kepaduan paragraf akan terwujud
jika aliran kalimat berjalan mulus dan lancer serta logis. Untuk itu, cara repetisi,
jasa kata ganti dan kata sambung, serta frasa penghubung dapat dimanfaatkan.
Selengkapnya mengenai syarat paragraf.
Pengembangan paragraf sangat berkaitan erat
dengan posisi kalimat topik karena kalimat topiklah yang mengandung
inti permasalahan atau ide utama paragraf. Pengembangan paragraph deduktif,
misalnya, yang menempatkan ide/gagasan utama pada awal paragraf, pasti berbeda
dengan pengembangan paragraf induktif yang merupakan kebalikan dari paragraf
deduktif. Demikian juga dengan tipe paragraf yang lainnya.
Selain kalimat topik, pengembangan paragraf
berhubungan pula dengan fungsi paragraf yang akan dikembangkan: sebagai
paragraf pembuka, paragraf pengembang, atau paragraf penutup. Fungsi tersebut
akan mempengaruhi pemilihan metode pengembangan karena misi ketiga paragraf
tersebut dalam karangan saling berbeda .
Metode pengembangan
paragraf akan
bergantung pada sifat informasi yang akan disampaikan,yaitu: persuasive,
argumentatif, naratif, deskriptif, dan eksposisi. Metode tersebut sudah pasti
digunakan untuk mengembangkan alinea argumentatif, misalnya akan berbeda dengan
naratif.
Setelah mempertimbangkan factor tersebut
barulah kita memilih salah satu metode pengembangan paragraf yang dianggap
paling tepat dan efektif. Diantara banyak metode pengembangan paragraf yang
terdapat di dalam buku – buku komposisi, disini diangkat enam metode yang umum
dipakai untuk mengembangkan alinea dalam penulisan karangan. Metode yang
dimaksud adalah : metode definisi, metode contoh, metode sebab-akibat, metode
umum khusus, dan metode klasifikasi.
Didalam mengarang, keenam metode pengembangan
paragraf tersebut dapat dipakai silih berganti sesuai dengan keperluan
mengarang si penulisnya.
1) Metode Definisi
Yang dimaksud dengan definisi adalah usaha
penulis untuk menerangkan pengertian/konsepistilah tertentu. Untuk dapat
merumuskan definisi yang jelas, penulis hendaknya memperhatikan klasifikasi
konsep dan penentuan cirri khas konsep tersebut. Satu hal yang perlu diingat
dalam membuat definisi, kita tidak boleh mengulang kata atau istilah yang kita
definisikan di dalam teks definisi itu
2) Metode Proses
Sebuah paragraf dikatakan memakai metode proses
apabila isi alinea menguraikan suatu proses. Proses ini merupakan suatu urutan
tindakan atau perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu. Bila
urutan atau tahap – tahap kejadian berlangsung dalam waktu yang berbeda,
penulis harus menyusunnya secara runtut (kronologis). Banyak sekali peristiwa
atau kejadian yang prosesnya berbeda satu sama lainnya. Proses kerja suatu
mesin , misalnya, tentu berbeda sangat jauh dengan proses peristiwa sejarah.
3) Metode Contoh
Dalam karangan ilmiah, contoh dan ilustrsi
selalu ditampilkan. Contoh-contoh terurai, lebih-lebih yang memerlukan
penjelasan rinci tentu harus disusun berbentuk paragraf.
4) Metode Sebab-Akibat
Metode sebab-akibat atau akibat-sebab
(kausalitas) dipakai untuk menerangkan suatu kejadian dan akibat yang
ditimbulkannya, atau sebaliknya. Factor yang terpenting dalam metode kausalitas
ini adalah kejelasan dan kelogisan. Artinya, hubungan kejadian dan penyebabnya
harus terungkap jelas dan informasinya sesuai dengan jalan pikiran manusia.
Metode kausalitas atau sebab-akibat umumnya tampil di tengah karangan yang
berisi pembahasan atau analisis. Sifat paragrafnya argumentative murni atau
dikombinasikan dengan deskriptif ata eksposisi.
5) Metode Umum-Khusus
Metode umum-khusnya dan khusus-umum paling
banyak dipakai untuk mengembangkan gagasan paragraf agar tampak teratur. Bagi
penulis pemula, belajar menyusun paragraf dengan metode ini adalah yang paling
disarankan. Pertimbangannya, di samping mengembangkan urutan umum-khusus
relative lebih gampang,juga karena model inilah yang paling banyak dipakai
dalam karangan ilmiah dan tulisan eksposisi seperti arikel dalam media massa.
6) Metode Klasifikasi
Bila kita akan mengelompokan benda-benda atau
non benda yang memiliki persamaan ciri seperi sifat, bentuk, ukuran, dan
lain-lain, cara yang paling tepat adalah dengan metode klasifikasi. Klsifikasi
sebenarnya bukan khusu untuk persamaan factor tersebut di atas, tetapi juga
untuk perbedaan. Namun, pengelompokan tidak berhenti pada inventarisasi
persamaan dan perbedaan. Setelah dikelompokan, lalu dianalisis untuk
mendapatkan generalisasi, atau paling tidak untuk diperbandingkan atau
dipertentangkan satu sama lainnya.
Paragraf memiliki banyak ragamnya. Untuk
membedakan paragraf yang satu dari paragraf yang lain berdasarkan
kelompoknya,yaitu : jenis paragraf menurut posisi kalimat topiknya, menurut
sifat isinya, menurut fungsinya dalam karangan.
1) Jenis paragraf menurut posisi kalimat topiknya
Kalimat yang berisi gagasan utama paragraf
adalah kalimat topik. Karena berisi gagasan utama itulah keberadaan kalmat
topic dan letak posisinya dalam paragraf menjadi penting. Posisi kalimat topik
di dalam paragraf yang akan memberi warna sendiri bagisebuah paragraf.
Berdasarkan posisi kalimat topik, paragraf dapa dibedakan atas empat macam,
yaitu : paragraf deduktif, paragraf induktif, paragraf deduktif-induktif,
paragraf penuh kalimat topik.
A. Paragraf Deduktif
Adalah paragraf yang letak kalimat pokoknya di
tempat kan pada bagian awal paragraf ,yaitu paragraf yang menyajikan pokok
permasalahan terlebih dahulu, lalu menyusul uraian yang terinci mengenai
permasalahan atau gagasan paragraf (urutan umum-khusus).
Contoh paragraf deduktif :
" Olahraga akan membuat badan kita menjadi sehat dan tidak mudah
terserang penyakit. Fisik orang yang berolahraga dengan yang jarang atau tidak
pernah berolahraga sangat jelas berbeda. Contohnya jika kita sering berolahraga
fisik kita tidak mudah lelah, sedangkan yang jarang atau tidak pernah
berolahraga fisiknya akan cepat lelah dan mudah terserang penyakit."
Contoh paragraf deduktif
" Orang yang sukses adalah orang yang mampu menangkap sebuah
peluang dan memanfaatkan peluang itu untuk meraih suatu keberhasilan. Kemampuan
membaca dan memanfaatkan peluang itulah yang menghantar Rahayu S. Purnami,
lulusan Farmasi Universitas Padjadjaran Bandung, sampai kepada kesuksesan
menjadi pengusaha salon keliling yang memberikan pelayanan “door to door”.
B. Paragraf Induktif
Bila kalimat pokok ditempatkan dipada akhir
paragraf akan terbentuk paragraf induktif, yaitu paragraf yang menyajikan
penjelasan terlebih dahulu,barulah diakhiri dengan pokok pembicaraan.
Contohnya:
" Pak Sopian memiliki kebun kakao seluas 1 hektar. Tetangganya, Pak
Gatot, juga memiliki kebun kakao seluas 1 hektar. Adik Pak Gatot, Ali Bashya,
malah memiliki kebun kakao yangt lebih luas daripada kakaknya, yaitu 2,5
hektar. Tahun ini merupakan tahun ketiga bagi mereka memanen kakao. Seperti
mereka, dari 210 penduduk petani di Desa Sriwaylangsep, 175 kepala keluarga
berkebun kakao. Maka, tidaklah heran apabila Desa Sriwaylangsep tersebut
dikenal dengan Desa Kakao.
Contoh paragraf induktif ."
" Yang menyebabkan banjir di Jakarta sangat jelas disebabkan oleh
ulah manusia itu sendiri. Contohnya saja masih banyak orang-orang yang buang
sampah yang tidak pada tempatnya. Selain itu masyarakat juga tidak peduli
terhadap selokan di sekitarnya. Oleh sebab itu maka seharusnya pemerintah
setempat harus lebih mensosialisasikan bahaya banjir kepada masyarakat. Supaya
masyarakat dapat ikut serta dalam bersosialisasi terhadap bahaya banjir. Dengan
kata lain dapat disimpulkan bahwa seluruh masyarakat dan pemerintah setempat
harus menggalakan supaya Jakarta bebas banjir dengan cara membuang sampah pada
tempatnya dan membersihkan selokan di sekitarnya."
C. Paragraf Deduktif-Induktif
Bila kalimat pokok di tempatkan pada bagian
awal dan akhir paragraf, terbentuklah paragraf deduktif-induktif. Kalimat pada
akhir paragraf umumnya menjelaskan atau menegaskan kembali gagasan utama yang
terdapat pada awal paragraf.
" Pemerintah menyadari bahwa rakyat Indonesia memerlukan rumah yang
kuat,murah, dan sehat. Pihak dari pekerjaan umum sudah lama menyelidiki bahan
rumah yang murah, tetapi kuat. Tampaknya bahan perlit yang diperoleh dari batuan
gunung beapi sangat menarik perhatian para ahli. Bahan ini tahan api dan air
tanah. Usaha ini menunjukan bahwa pemerintah berusaha membangun rumah yang
kuat, murah dan sehat untuk memenuhi kebutuhan rakyat."
D. Paragraf penuh kalimat topik
Seluruh kalimat yang membangun paragraf sama
pentingnya sehingga tidak satupun kalimat yang khusus menjadi kalimat topik.
Kondisi seperti itu dapat atau biasa terjadi akibat sulitnya menentukan kalimat
topic karena kalimat yang satu dan lainnya sama-sama penting. Paragraf semacam
ini sering dijumpai dalam uraian-uraian bersifat dskriptif dan naratif terutama
dalam karangan fiksi.
Contoh paragraf penuh kalimat topik :
" Pagi hari itu aku berolahraga di sekitar lingkungan rumah. Dengan
udara yang sejuk dan menyegarkan. Di sekitar lingkungan rumah terdengar suara
ayam berkokok yang menandakan pagi hari yang sangat indah. Kuhirup udara pagi
yang segar sepuas-puasku."
2) Jenis Paragraf Menurut Sifat Isinya
Isi sebuah paragraf dapat bermacam-macam
bergantung pada maksud penulisannya dan tuntutan korteks serta sifat informasi
yang akan disampaikan.Penyelarasan sifat isi paragraf dengan isi karangan
sebenarnya cukup beralasan karena pekerjaan menyusun paragraf adalah pekerjaan
mengarang juga.
Berdasarkan sifat isinya, alinea dapat digolongkan atas lima
macam,yaitu:
o Paragraf Persuasif : adalah isi paragraf mempromosikan sesuatu
dengan cara mempengaruhi atau mengajak pembaca. Paragraf persuasif banyak
dipakai dalam penulisan iklan,terutama majalah dan Koran . Sedangkan paragraf
argumentasi, deskripsi, daneksposisi umumnya dipakai dalam karangan ilmiah
seperti buku,skripsi makalah dan laporan. Paragraf naratif sering dipakai untuk
karangan fiksi seperti cerpen dan novel.
Contoh : “Marilah kita membuang sampah pada tempatnya, agar
lingkungan kita bebas dari banjir dan bebas dari penyakit yang disebabkan oleh
sampah – sampah yang di buang tidak pada tempatnya. Oleh karena itu, perlu
kesadaran pada diri kita masing – masing untuk membuang sampah pada tempatnya.
o Paragraf argumentasi : adalah isi paragraf membahas satu masalah
dengan bukti_bukti alasan yang mendukung.
Contoh : “Menurut Ketua panitia, Derrys Saputra, mujur merupakan
kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh HMTK untuk memilih ketua dan wakil
HMTK yang baru. Bersamaan dengan berakhirnya masa jabatan kepengurusan MHTK
periode 2008 – 2009, maka sebagai penggantinya dilakukan mujur untuk memilih
ketua dan wakil HMTK yang baru untuk masa kepengurusan 2009 – 20010.”
o Paragraf naratif : adalah isi paragraf menuturkan peristiwa atau
keadaan dalam bentuk data atau cerita.
Contoh : “ Pada game pertama, Kido yang bermain dengan lutut kiri
dibebat mendapat perlawanan ketat Chai/Liu hingga skor imbang 16 – 16. pada
posisi ini, Kido/Hendra yang lebih berpengalaman dalam berbagai kejuaraan
memperlihatkan keunggulan mereka.”
o Paragraf deskritif : adalah paragraf yang melukiskan atau
menggambarkan sesuatu dengan bahasa.
Contoh : “Kini hadir mesin cuci dengan desain bunga chrysant yang
terdiri dari beberapa pilihan warna, yaitu pink elegan dan dark red untuk
ukuran tabung 15 kg. Disamping itu, mesin cuci dengan bukaan atas ini juga
sudah dilengkapi dengan LED display dan tombol-tombol yang dapat memudahkan
penggunaan. Adanya fitur I-sensor juga akan memudahkan proses mencuci”.
o Paragraf eksposisi : adalah paragraf yang memaparkan sesuatu
fakta atau kenyataan kejadian tertentu.
Contoh :“Rachmat Djoko Pradopo lahir 3 November 1939 di Klaten,
Jawa Tengah. Tamat SD dan SMP (1955) di Klaten, SMA II (1958) di Yogyakarta.
Masuk Jurusan Sastra Indonesia Universitas Gadkah Mada, tamat Sarjana Sastra
tahun 1965. pada tahun 1978 Rachmat mengikuti penataran sastra yang
diselenggarakan oleh Pusat Bahasa Jakarta bersama ILDEP dan terpilih untuk
melanjutkan studi di Pascasarjana Rijkuniversiteit Leiden, Nederland, tahun
1980 – 1981, di bawah bimbingan Prof. Dr. A. Teeuw”.
3) Jenis Paragraf Menurut Fungsinya dalam Karangan
Menurut fungsinya, paragraf dapat dibedakan
menjadi 3 , yaitu:
1) Paragraf Pembuka
Bertujuan mengutarakan suat aspek pokok
pembicaraan dalam karangan .
Sebagai bagian awal sebuah karangan, paragraf pembuka harus di fungsikan
untuk:
1. menghantar pokok pembicaraan
2. menarik minat pembaca
3. menyiapkan atau menata pikiran untuk mengetahui isi seluruh karangan.
Setelah memiliki ke tiga fungsi tersebut di
atas dapat dikatakan paragraf pembuka memegang peranan yang sangat penting
dalam sebuah karangan. Paragraf pembuka harus disajikan dalam bentuk yang
menarik untuk pembaca. Untuk itu bentuk berikut ini dapat dimanfaatkan sebagai
bahan menulis paragraf pembuka,yaitu:
1. kutipan, peribahasa, anekdot
2. pentingnya pokok pembicaraan
3. pendapat atau pernyataan seseorang
4. uraian tentang pengalaman pribadi
5. uraian mengenai maksud dan tujuan penulisan
6. sebuah pertanyaan.
2) Paragraf Pengembang
Bertujuan mengembangkan pokok pembicaraan suatu
karangan yang sebelumnya telah dirumuskan dalam alinea pembuka. Paragraf ini
didalam karangan dapat difungsikan untuk:
1.mengemukakan inti persoalan
2. memberikan ilustrasi
3. menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya
4. meringkas paragraf sebelumnya
5. mempersiapkan dasar bagi simpulan.
3)Paragraf Penutup
Paragraf ini berisi simpulan bagian karangan
atau simpulan seluruh karangan. Paragraf ini sering merupakan pernyataan
kembali maksud penulis agar lebih jelas. Mengingat paragraf penutup dimaksudkan
untuk mengakhiri karangan. Penyajian harus memperhatikan hal sebagai berikut :
1. sebagai bagian penutup,paragraf ini tidak boleh terlslu psnjsng
2. isi paragraf harus berisi simpulan sementara atau simpulan akhir
sebagai cerminan inti seluruh uraian
3. sebagai bagian yang paling akhir dibaca, disarankan paragraf ini dpat
menimbulkan kesan yang medalam bagi pembacanya
SYARAT PARAGRAF YANG BAIK
Syarat Paragraf Yang Baik - Paragraf merupakan
rangkaian kalimat-kalimat yang membentuk satu kesatuan gagasan. Paragraf
memiliki dua unsur, yaitu kalimat utama dan kalimat penjelas. Inti sebuah
paragraf terletak pada kalimat utama, sedangkan kalimat penjelas, berfungsi
menjelaskan gagasan yang ada pada kalimat utama. Untuk membuat paragraf yang
baik, kita tidak bisa hanya sekedar menulis tanpa memperhatikan komposisi dan
persyaratan paragraf. Untuk menulis paragraf yang baik diperlukan
keterpaduan semua persyaratan yang harus dimiliki oleh sebuah paragraf.
Persyaratan itu antara lain:
1. Kesatuan (Kohesi)
Yang dimaksud dengan kesatuan dalam paragraf adalah bahwa sebuah paragraf
yang baik, hanya boleh mengandung satu gagasan. Jika kalimat-kalimat yang
ada dalam sebuah paragraf saling berhubungan dan saling mendukung dalam
menjelaskan gagasan pokok paragraf, maka paragraf tersebut dapat dikatakan
memiliki kesatuan gagasan. Sebuah paragraf yang memiliki lebih dari satu
gagasan akan menimbulkan ketidakjelasan sehingga paragraf tersebut tidak bisa
menyatu.
2. Kelengkapan
Kelengkapan sebuah paragraf diwujudkan
dengan terpenuhinya semua unsur pembentuk paragraf, yaitu :
- Gagasan utama
Tema atau ide yang menjadi dasar pengembangan paragraf
- Kalimat utama
Setelah mendapatkan ide atau gagasan utama, langkah selanjutnya adalah menuangkan gagasan utama tersebut ke dalam sebuah kalimat utama. Jadi dalam kalimat utama tersirat gagasan utama. Kita bisa meletakkan kalimat utama di awal, di akhir ataupun di awal dan di akhir sebuah paragraf
- Kalimat Penjelas
Sebuah kalimat utama yang mengandung gagasan utama belum bisa dikatakan sebuah paragraf, karena itu paragraf membutuhkan kalimat penjelas. Kalimat penjelas ini berfungsi menjelaskan ide dari kalimat utama sehingga menjadi jelas, rinci dan lengkap. Yang harus diperhatikan dalam membuat kalimat penjelas adalah, jangan sampai kalimat penjelas tersebut menyimpang dari ide pokok. Semua kalimat penjelas harus saling mendukung gagasan utama.
- Gagasan utama
Tema atau ide yang menjadi dasar pengembangan paragraf
- Kalimat utama
Setelah mendapatkan ide atau gagasan utama, langkah selanjutnya adalah menuangkan gagasan utama tersebut ke dalam sebuah kalimat utama. Jadi dalam kalimat utama tersirat gagasan utama. Kita bisa meletakkan kalimat utama di awal, di akhir ataupun di awal dan di akhir sebuah paragraf
- Kalimat Penjelas
Sebuah kalimat utama yang mengandung gagasan utama belum bisa dikatakan sebuah paragraf, karena itu paragraf membutuhkan kalimat penjelas. Kalimat penjelas ini berfungsi menjelaskan ide dari kalimat utama sehingga menjadi jelas, rinci dan lengkap. Yang harus diperhatikan dalam membuat kalimat penjelas adalah, jangan sampai kalimat penjelas tersebut menyimpang dari ide pokok. Semua kalimat penjelas harus saling mendukung gagasan utama.
Dengan terpenuhinya
semua unsur ini maka sebuah paragraf akan menjadi paragraf yang baik.
3. Kepaduan (Koherensi)
Kalimat-kalimat dalam sebuah paragraf yang terangkai secara logis dan saling mendukung gagasan utama disebut dengan kepaduan atau koherensi. Kepaduan ini bisa kita dapatkan dengan penggunaan konjungsi baik intra kalimat maupun antar kalimat.
Ketiga hal di atas adalah syarat wajib yang harus dipenuhi untuk membentuk paragraf yang baik. Dengan terpenuhinya syarat-syarat di atas, sebuah paragraf akan lebih mudah dipahami.
Contoh Paragraf :
Dari dahulu hingga sekarang, boneka tetap menjadi mainan kesukaan anak perempuan. Mainan ini disukai anak perempuan karena bentuknya yang feminin. Selain bentuknya karena bentuknya yang unik, boneka juga disukai anak perempuan karena naluri alamiahnya sebagai seorang perempuan yaitu, suka mengasuh dan menyayangi.
2. Jenis
Paragraf yang baik ?
Jenis-jenis paragraf dapat di cermati dan di baca di bawah ini:
- Paragraf Narasi adalah suatu jenis paragraf yang
menceritakan suatu kejadian atau suatu peristiwa berdasarkan urutan waktu.
Paragraf narasi terdiri dari narasi kejadian dan narasi runtut cerita.
Paragraf narasi kejadian yaitu paragraf yang menceritakan suatu kejadian
ataupun suatu peristiwa, sedangkan paragraf narasi runtut cerita yaitu
paragraf yang pola pengembangannya dimulai dari urutan tindakan ataupun
perbuatan yang menciptakan ataupun menghasilkan sesuatu.
- Paragraf Eksposisi adalah suatu paragraf yang
bertujuan untuk memaparkan, menyampaikan informasi, mengajarkan,
menjelaskan dan juga menerangkan suatu topik kepada yang membacanya dengan
tujuan untuk memberikan informasi sehingga memperluas pengetahuan si
pembaca. Untuk memahami paragraph ini si pembaca harus melakukan proses
berpikir dan juga melibatkan pengetahuan.
- Paragraf Agumentasi adalah suatu jenis paragraf
yang mengungkapkan ide, gagasan, ataupun pendapat penulis dengan disertai
bukti dan juga fakta (yang benar terjadi). Tujuannya yaitu supaya si
pembaca yakin bahwa ide, gagasan, dan pendapat tersebut adalah benar
adanya dan terbukti.
- Paragraf persuasi adalah suatu bentuk atau jenis
karangan yang mempunyai tujuan membujuk pembaca supaya ingin berbuat
sesuatu sesuai dengan keinginan penulisnya. Supaya tujuannya bisa
tercapai, penulis harus mampu mengemukakan pembuktian dengan menggunakan
data dan juga fakta.
4. Kata penghubung atau biasa dikenal dengan konjungsi merupakan kata yang
biasanya digunakan sebagai penghubung, baik menghubungkan kata, frasa, atau
kalimat. Pada dasanya kata penghubung dibedakan menjadi dua bagian yaitu kata
penghubung antarkalimat dan intrakalimat. Untuk mengetahui pengertiannya lebih
lanjut, perhatikan penjelasan di bawah ini.
- Kata Penghubung Antarkalimat
Kata penghubung antarkalimat berfungsi menghubungkan kalimat satu dengan
kalimat yang lain. Kata penghubung (konjungsi) ini biasanya dimulai dengan
kalimat yang baru dan diikuti tanda koma. Berikut adalah macam – macam
kata penghubungn antarkalimat:
- Kata penguhubung bermakna
pertentangan
Hal ini dinyatakan di
kalimat sebelumnya seperti: biarpun demikian, sekalipun demikian,
walaupun demikian, meskipun begitu, namun, dan akan
tetapi.
- Kata penghubung bermakna
kelanjutan
Hal ini dinyatakan
dengan adanya lanjutan dari peristiwa atau keadaan pada kalimat sebelumnya
seperti: sesudah itu, setelah itu, dan selanjutnya.
- Kata penghubung bermakna ada peristiwa lain
Hal ini
dinyatakan dengan adanya peristiwa atau keadaan lain, yang berbeda sama yang
sudah dinyatakan sebelumnya, seperti: tambahan pula, lagi pula, dan selain itu.
- Kata penghubung bermakna kebalikan
Kebalikan
dari yang dinyatakan sebelumnya, seperti: sebaliknya.
- Kata penghubung bermakna peristiwa sebenarnya
Hal ini
dinyatakan dengan pernyataan suatu keadaan yang sebenarnya. Contoh
konjungsinya:sesungguhnya, bahwasanya.
- Kata penghubung bermakna menguatkan keadaan
Hal ini
dapat dinyatakan dengan menjelaskan penguatan keadaan yang dinyatakan
sebelumnya, seperti: malahan dan bahkan.
- Kata penghubung bermakna konsekuensi
Contoh
kata penghubung yang menyatakan konsekuensi adalah: dengan demikian
- Kata penghubung bermakna akibat
Hal ini
dinyatakan dengan peristiwa yang menjelaskan akibat: oleh karena itu, oleh sebab itu.
- Kata penghubung bermakna mendahului
Hal ini
dinyatakan dengan penjelasan mengenai kejadian yang mendahului hal yang
dinyatakan sebelumnya. Konjungsinya adalah sebelum itu.
2. Kata Penghubung
Intrakalimat
Kata penghubung intrakalimat disebut juga konjungsi
antarklausa. Konjungsi ini berfungsinya untuk menghubungkan kata dengan kata,
frasa dengan frasa, dan klausa dengan klausa. Konjungsi intrakalimat terbagi
jadi tiga yaitu sebagai berikut:
a.
Kata Penghubung Koordinatif
Kata penghubung koordinatif berfungsi sebagai penghubung
dua atau lebih unsur kalimat yang kedudukannya setara atau sama. Sehingga biasa
disebut juga konjungsi setara. Berikut adalah macam – macam kata penghubung
koordinatif berdasarkan maknanya:
- Penambahan: dan, serta.
- Pertentangan: tetapi, namun.
- Pemilihan: atau.
- Perlawanan: sedangkan, padahal.
b.
Kata Penghubung Subordinatif
Kata penghubung subordinatif adalah konjungsi yang
menghubungkan dua klausa atau lebih yang memiliki tingkat kalimat yang berbeda.
Kata penghubung ini biasa disebut juga konjungsi bertingkat. Berikut adalah
macam – macam konjungsi subordinati berdasarkan maknanya:
- Waktu: sesudah, setelah, sebelum,
sehabis, sejak, selesai, ketika, tatkala, sewaktu, sementara, sambil,
seraya, selagi, selama, hingga, dan sampai.
- Syarat: jika, kalau, jikalau, asal,
asalkan, bila, manakala.
- Pengandaian: andaikan, seandainya, andaikata,
umpamanya, dan sekiranya.
- Tujuan: agar, supaya, biar.
- Konsesif (menyatakan sesuatu yang bertentangan dengan yang
dinyatakan di klausa utama): biarpun, meskipun, sekalipn,
walaupun, sungguhpun, kendatipun.
- Pemiripan: seakan-akan, seolah-olah,
sebagaimana, seperti, sebagai, dan laksana.
- Menyatakan sebab: sebab, karena, dan oleh karena.
- Akibat: hingga, sehingga, sampai (atau
sampai-sampai), maka, dan makanya.
- Menyatakan penjelasan: bahwa.
b.
Kata Penghubung Korelatif
Kata penghubung korelatif adalah konjungsi yang
menghubungkan dua kata, frasa, atau klasa, dan kedua unsur itu mempunyai
tingkatan kalimat yang sama. Konjungsi ini terdiri dari dua bagian yang
dipisahkan salah satu kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan. Fungsi dari
kata penghubung korelatif sama seperti kata penghubung koordinatif. Berikut
adalah contoh – contoh kata penghubung korelatif:
- jangankan………,
pun
- baik…., maupun
- sedemikian
rupa……, sehingga
- bukan
hanya…, melainkan
- tidak
hanya…, tetapi juga
- apakah….
,atau
http://belajarsastra.com/penggunaan-kata-penghubung-dalam-paragraf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar