Sabtu, 30 April 2016

Paragraf Yang Baik

Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat. Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat menjadi paragraph, yang perlu diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan. Kesatuan berarti seluruh kalimat dalam paragraf membicarakan satu gagasan(gagasan tunggal).Kepaduan berarti seluruh kalimat dalam paragraf itu kompak, saling berkaitan mendukung gagasan tunggal paragraf.
    Dalam kenyataannya kadang-kadang kita menemukan alinea yang hanya terdiri atas satu kalimat, dan hal itu memang dimungkinkan. Namun, dalam pembahasan ini wujud alinea semacam itu dianggap sebagai pengecualian karena disamping bentuknya yang kurang ideal jika ditinjau dari segi komposisi, alinea semacam itu jarang dipakai dalam tulisan ilmiah. Paragraf diperlukan untuk mengungkapkan ide yang lebih luas dari sudut pandang komposisi, pembicaraan tentang paragraf sebenarnya ssudah memasuki kawasan wacana atau karangan sebab formal yang sederhana boeh saja hanya terdiri dari satu paragraf. Jadi, tanpa kemampuan menyusun paragraf, tidak mungkin bagi seseorang mewujudkan sebuah karangan.

Syarat Paragraf
     Paragraf yang efektif harus memenuhi dua syarat ,yaitu adanya kesatuan dan kepaduan.
1) Kesatuan paragraf
    Sebuah paragraf dikatakan mempunyai kesatuan jika seluruh kalimat dalam paragraf hanya membicarakan satu ide pokok ,satu topik / masalah. Jika dalam sebuah paragraf terdapat kalimat yang menyimpang dari masalah yang sedang di bicarakan, berarti dalam paragraf itu terdapat lebih dari satu ide atau masalah.
2) Kepaduan paragraf
    Seperti halnya kalimat efektif , dalam paragraph ini juga dikenal istilah kepaduan atau koherensi. Kepaduan paragraf akan terwujud jika aliran kalimat berjalan mulus dan lancer serta logis. Untuk itu, cara repetisi, jasa kata ganti dan kata sambung, serta frasa penghubung dapat dimanfaatkan. Selengkapnya mengenai syarat paragraf.
     Pengembangan paragraf sangat berkaitan erat dengan posisi kalimat topik karena kalimat topiklah yang mengandung inti permasalahan atau ide utama paragraf. Pengembangan paragraph deduktif, misalnya, yang menempatkan ide/gagasan utama pada awal paragraf, pasti berbeda dengan pengembangan paragraf induktif yang merupakan kebalikan dari paragraf deduktif. Demikian juga dengan tipe paragraf yang lainnya.

     Selain kalimat topik, pengembangan paragraf berhubungan pula dengan fungsi paragraf yang akan dikembangkan: sebagai paragraf pembuka, paragraf pengembang, atau paragraf penutup. Fungsi tersebut akan mempengaruhi pemilihan metode pengembangan karena misi ketiga paragraf tersebut dalam karangan saling berbeda .

    Metode pengembangan paragraf akan bergantung pada sifat informasi yang akan disampaikan,yaitu: persuasive, argumentatif, naratif, deskriptif, dan eksposisi. Metode tersebut sudah pasti digunakan untuk mengembangkan alinea argumentatif, misalnya akan berbeda dengan naratif.

     Setelah mempertimbangkan factor tersebut barulah kita memilih salah satu metode pengembangan paragraf yang dianggap paling tepat dan efektif. Diantara banyak metode pengembangan paragraf yang terdapat di dalam buku – buku komposisi, disini diangkat enam metode yang umum dipakai untuk mengembangkan alinea dalam penulisan karangan. Metode yang dimaksud adalah : metode definisi, metode contoh, metode sebab-akibat, metode umum khusus, dan metode klasifikasi.

     Didalam mengarang, keenam metode pengembangan paragraf tersebut dapat dipakai silih berganti sesuai dengan keperluan mengarang si penulisnya.

1) Metode Definisi
     Yang dimaksud dengan definisi adalah usaha penulis untuk menerangkan pengertian/konsepistilah tertentu. Untuk dapat merumuskan definisi yang jelas, penulis hendaknya memperhatikan klasifikasi konsep dan penentuan cirri khas konsep tersebut. Satu hal yang perlu diingat dalam membuat definisi, kita tidak boleh mengulang kata atau istilah yang kita definisikan di dalam teks definisi itu

2) Metode Proses
     Sebuah paragraf dikatakan memakai metode proses apabila isi alinea menguraikan suatu proses. Proses ini merupakan suatu urutan tindakan atau perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu. Bila urutan atau tahap – tahap kejadian berlangsung dalam waktu yang berbeda, penulis harus menyusunnya secara runtut (kronologis). Banyak sekali peristiwa atau kejadian yang prosesnya berbeda satu sama lainnya. Proses kerja suatu mesin , misalnya, tentu berbeda sangat jauh dengan proses peristiwa sejarah.

3) Metode Contoh
     Dalam karangan ilmiah, contoh dan ilustrsi selalu ditampilkan. Contoh-contoh terurai, lebih-lebih yang memerlukan penjelasan rinci tentu harus disusun berbentuk paragraf.

4) Metode Sebab-Akibat
     Metode sebab-akibat atau akibat-sebab (kausalitas) dipakai untuk menerangkan suatu kejadian dan akibat yang ditimbulkannya, atau sebaliknya. Factor yang terpenting dalam metode kausalitas ini adalah kejelasan dan kelogisan. Artinya, hubungan kejadian dan penyebabnya harus terungkap jelas dan informasinya sesuai dengan jalan pikiran manusia. Metode kausalitas atau sebab-akibat umumnya tampil di tengah karangan yang berisi pembahasan atau analisis. Sifat paragrafnya argumentative murni atau dikombinasikan dengan deskriptif ata eksposisi.

5) Metode Umum-Khusus
     Metode umum-khusnya dan khusus-umum paling banyak dipakai untuk mengembangkan gagasan paragraf agar tampak teratur. Bagi penulis pemula, belajar menyusun paragraf dengan metode ini adalah yang paling disarankan. Pertimbangannya, di samping mengembangkan urutan umum-khusus relative lebih gampang,juga karena model inilah yang paling banyak dipakai dalam karangan ilmiah dan tulisan eksposisi seperti arikel dalam media massa.

6) Metode Klasifikasi
     Bila kita akan mengelompokan benda-benda atau non benda yang memiliki persamaan ciri seperi sifat, bentuk, ukuran, dan lain-lain, cara yang paling tepat adalah dengan metode klasifikasi. Klsifikasi sebenarnya bukan khusu untuk persamaan factor tersebut di atas, tetapi juga untuk perbedaan. Namun, pengelompokan tidak berhenti pada inventarisasi persamaan dan perbedaan. Setelah dikelompokan, lalu dianalisis untuk mendapatkan generalisasi, atau paling tidak untuk diperbandingkan atau dipertentangkan satu sama lainnya.
     Paragraf memiliki banyak ragamnya. Untuk membedakan paragraf yang satu dari paragraf yang lain berdasarkan kelompoknya,yaitu : jenis paragraf menurut posisi kalimat topiknya, menurut sifat isinya, menurut fungsinya dalam karangan.

1) Jenis paragraf menurut posisi kalimat topiknya
     Kalimat yang berisi gagasan utama paragraf adalah kalimat topik. Karena berisi gagasan utama itulah keberadaan kalmat topic dan letak posisinya dalam paragraf menjadi penting. Posisi kalimat topik di dalam paragraf yang akan memberi warna sendiri bagisebuah paragraf. Berdasarkan posisi kalimat topik, paragraf dapa dibedakan atas empat macam, yaitu : paragraf deduktif, paragraf induktif, paragraf deduktif-induktif, paragraf penuh kalimat topik.

A. Paragraf Deduktif
     Adalah paragraf yang letak kalimat pokoknya di tempat kan pada bagian awal paragraf ,yaitu paragraf yang menyajikan pokok permasalahan terlebih dahulu, lalu menyusul uraian yang terinci mengenai permasalahan atau gagasan paragraf (urutan umum-khusus).

Contoh paragraf deduktif :
" Olahraga akan membuat badan kita menjadi sehat dan tidak mudah terserang penyakit. Fisik orang yang berolahraga dengan yang jarang atau tidak pernah berolahraga sangat jelas berbeda. Contohnya jika kita sering berolahraga fisik kita tidak mudah lelah, sedangkan yang jarang atau tidak pernah berolahraga fisiknya akan cepat lelah dan mudah terserang penyakit."

Contoh paragraf deduktif
" Orang yang sukses adalah orang yang mampu menangkap sebuah peluang dan memanfaatkan peluang itu untuk meraih suatu keberhasilan. Kemampuan membaca dan memanfaatkan peluang itulah yang menghantar Rahayu S. Purnami, lulusan Farmasi Universitas Padjadjaran Bandung, sampai kepada kesuksesan menjadi pengusaha salon keliling yang memberikan pelayanan “door to door”.

B. Paragraf Induktif
     Bila kalimat pokok ditempatkan dipada akhir paragraf akan terbentuk paragraf induktif, yaitu paragraf yang menyajikan penjelasan terlebih dahulu,barulah diakhiri dengan pokok pembicaraan.

Contohnya:
" Pak Sopian memiliki kebun kakao seluas 1 hektar. Tetangganya, Pak Gatot, juga memiliki kebun kakao seluas 1 hektar. Adik Pak Gatot, Ali Bashya, malah memiliki kebun kakao yangt lebih luas daripada kakaknya, yaitu 2,5 hektar. Tahun ini merupakan tahun ketiga bagi mereka memanen kakao. Seperti mereka, dari 210 penduduk petani di Desa Sriwaylangsep, 175 kepala keluarga berkebun kakao. Maka, tidaklah heran apabila Desa Sriwaylangsep tersebut dikenal dengan Desa Kakao.
Contoh paragraf induktif ."

" Yang menyebabkan banjir di Jakarta sangat jelas disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri. Contohnya saja masih banyak orang-orang yang buang sampah yang tidak pada tempatnya. Selain itu masyarakat juga tidak peduli terhadap selokan di sekitarnya. Oleh sebab itu maka seharusnya pemerintah setempat harus lebih mensosialisasikan bahaya banjir kepada masyarakat. Supaya masyarakat dapat ikut serta dalam bersosialisasi terhadap bahaya banjir. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa seluruh masyarakat dan pemerintah setempat harus menggalakan supaya Jakarta bebas banjir dengan cara membuang sampah pada tempatnya dan membersihkan selokan di sekitarnya."

C. Paragraf Deduktif-Induktif
     Bila kalimat pokok di tempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf, terbentuklah paragraf deduktif-induktif. Kalimat pada akhir paragraf umumnya menjelaskan atau menegaskan kembali gagasan utama yang terdapat pada awal paragraf.
" Pemerintah menyadari bahwa rakyat Indonesia memerlukan rumah yang kuat,murah, dan sehat. Pihak dari pekerjaan umum sudah lama menyelidiki bahan rumah yang murah, tetapi kuat. Tampaknya bahan perlit yang diperoleh dari batuan gunung beapi sangat menarik perhatian para ahli. Bahan ini tahan api dan air tanah. Usaha ini menunjukan bahwa pemerintah berusaha membangun rumah yang kuat, murah dan sehat untuk memenuhi kebutuhan rakyat."

D. Paragraf penuh kalimat topik
     Seluruh kalimat yang membangun paragraf sama pentingnya sehingga tidak satupun kalimat yang khusus menjadi kalimat topik. Kondisi seperti itu dapat atau biasa terjadi akibat sulitnya menentukan kalimat topic karena kalimat yang satu dan lainnya sama-sama penting. Paragraf semacam ini sering dijumpai dalam uraian-uraian bersifat dskriptif dan naratif terutama dalam karangan fiksi.

Contoh paragraf penuh kalimat topik :
" Pagi hari itu aku berolahraga di sekitar lingkungan rumah. Dengan udara yang sejuk dan menyegarkan. Di sekitar lingkungan rumah terdengar suara ayam berkokok yang menandakan pagi hari yang sangat indah. Kuhirup udara pagi yang segar sepuas-puasku."

2) Jenis Paragraf Menurut Sifat Isinya
     Isi sebuah paragraf dapat bermacam-macam bergantung pada maksud penulisannya dan tuntutan korteks serta sifat informasi yang akan disampaikan.Penyelarasan sifat isi paragraf dengan isi karangan sebenarnya cukup beralasan karena pekerjaan menyusun paragraf adalah pekerjaan mengarang juga.
Berdasarkan sifat isinya, alinea dapat digolongkan atas lima macam,yaitu:
o Paragraf Persuasif : adalah isi paragraf mempromosikan sesuatu dengan cara mempengaruhi atau mengajak pembaca. Paragraf persuasif banyak dipakai dalam penulisan iklan,terutama majalah dan Koran . Sedangkan paragraf argumentasi, deskripsi, daneksposisi umumnya dipakai dalam karangan ilmiah seperti buku,skripsi makalah dan laporan. Paragraf naratif sering dipakai untuk karangan fiksi seperti cerpen dan novel.

Contoh : “Marilah kita membuang sampah pada tempatnya, agar lingkungan kita bebas dari banjir dan bebas dari penyakit yang disebabkan oleh sampah – sampah yang di buang tidak pada tempatnya. Oleh karena itu, perlu kesadaran pada diri kita masing – masing untuk membuang sampah pada tempatnya.

o Paragraf argumentasi : adalah isi paragraf membahas satu masalah dengan bukti_bukti alasan yang mendukung.

Contoh : “Menurut Ketua panitia, Derrys Saputra, mujur merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh HMTK untuk memilih ketua dan wakil HMTK yang baru. Bersamaan dengan berakhirnya masa jabatan kepengurusan MHTK periode 2008 – 2009, maka sebagai penggantinya dilakukan mujur untuk memilih ketua dan wakil HMTK yang baru untuk masa kepengurusan 2009 – 20010.”

o Paragraf naratif : adalah isi paragraf menuturkan peristiwa atau keadaan dalam bentuk data atau cerita.
Contoh : “ Pada game pertama, Kido yang bermain dengan lutut kiri dibebat mendapat perlawanan ketat Chai/Liu hingga skor imbang 16 – 16. pada posisi ini, Kido/Hendra yang lebih berpengalaman dalam berbagai kejuaraan memperlihatkan keunggulan mereka.”

o Paragraf deskritif : adalah paragraf yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu dengan bahasa.

Contoh : “Kini hadir mesin cuci dengan desain bunga chrysant yang terdiri dari beberapa pilihan warna, yaitu pink elegan dan dark red untuk ukuran tabung 15 kg. Disamping itu, mesin cuci dengan bukaan atas ini juga sudah dilengkapi dengan LED display dan tombol-tombol yang dapat memudahkan penggunaan. Adanya fitur I-sensor juga akan memudahkan proses mencuci”.


o Paragraf eksposisi : adalah paragraf yang memaparkan sesuatu fakta atau kenyataan kejadian tertentu.

Contoh :“Rachmat Djoko Pradopo lahir 3 November 1939 di Klaten, Jawa Tengah. Tamat SD dan SMP (1955) di Klaten, SMA II (1958) di Yogyakarta. Masuk Jurusan Sastra Indonesia Universitas Gadkah Mada, tamat Sarjana Sastra tahun 1965. pada tahun 1978 Rachmat mengikuti penataran sastra yang diselenggarakan oleh Pusat Bahasa Jakarta bersama ILDEP dan terpilih untuk melanjutkan studi di Pascasarjana Rijkuniversiteit Leiden, Nederland, tahun 1980 – 1981, di bawah bimbingan Prof. Dr. A. Teeuw”.

3) Jenis Paragraf Menurut Fungsinya dalam Karangan
     Menurut fungsinya, paragraf dapat dibedakan menjadi 3 , yaitu:

1) Paragraf Pembuka
     Bertujuan mengutarakan suat aspek pokok pembicaraan dalam karangan .
Sebagai bagian awal sebuah karangan, paragraf pembuka harus di fungsikan untuk:
1. menghantar pokok pembicaraan
2. menarik minat pembaca
3. menyiapkan atau menata pikiran untuk mengetahui isi seluruh karangan.

     Setelah memiliki ke tiga fungsi tersebut di atas dapat dikatakan paragraf pembuka memegang peranan yang sangat penting dalam sebuah karangan. Paragraf pembuka harus disajikan dalam bentuk yang menarik untuk pembaca. Untuk itu bentuk berikut ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan menulis paragraf pembuka,yaitu:
1. kutipan, peribahasa, anekdot
2. pentingnya pokok pembicaraan
3. pendapat atau pernyataan seseorang
4. uraian tentang pengalaman pribadi
5. uraian mengenai maksud dan tujuan penulisan
6. sebuah pertanyaan.

2) Paragraf Pengembang
     Bertujuan mengembangkan pokok pembicaraan suatu karangan yang sebelumnya telah dirumuskan dalam alinea pembuka. Paragraf ini didalam karangan dapat difungsikan untuk:
1.mengemukakan inti persoalan
2. memberikan ilustrasi
3. menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya
4. meringkas paragraf sebelumnya
5. mempersiapkan dasar bagi simpulan.

3)Paragraf Penutup
     Paragraf ini berisi simpulan bagian karangan atau simpulan seluruh karangan. Paragraf ini sering merupakan pernyataan kembali maksud penulis agar lebih jelas. Mengingat paragraf penutup dimaksudkan untuk mengakhiri karangan. Penyajian harus memperhatikan hal sebagai berikut :
1. sebagai bagian penutup,paragraf ini tidak boleh terlslu psnjsng
2. isi paragraf harus berisi simpulan sementara atau simpulan akhir sebagai cerminan inti seluruh uraian
3. sebagai bagian yang paling akhir dibaca, disarankan paragraf ini dpat menimbulkan kesan yang medalam bagi pembacanya
SYARAT PARAGRAF YANG BAIK
Syarat Paragraf Yang Baik  - Paragraf merupakan rangkaian kalimat-kalimat yang membentuk satu kesatuan gagasan. Paragraf memiliki dua unsur, yaitu kalimat utama dan kalimat penjelas. Inti sebuah paragraf terletak pada kalimat utama, sedangkan kalimat penjelas, berfungsi menjelaskan gagasan yang ada pada kalimat utama. Untuk membuat paragraf yang baik, kita tidak bisa hanya sekedar menulis tanpa memperhatikan komposisi dan persyaratan paragraf.  Untuk menulis paragraf yang baik diperlukan keterpaduan semua persyaratan yang harus dimiliki oleh sebuah paragraf. Persyaratan itu antara lain:

1. Kesatuan (Kohesi)
Yang dimaksud dengan kesatuan dalam paragraf adalah bahwa sebuah paragraf  yang baik, hanya boleh mengandung satu gagasan. Jika kalimat-kalimat yang ada dalam sebuah paragraf saling berhubungan dan saling mendukung dalam menjelaskan gagasan pokok paragraf, maka paragraf tersebut dapat dikatakan memiliki kesatuan gagasan. Sebuah paragraf  yang memiliki lebih dari satu gagasan akan menimbulkan ketidakjelasan sehingga paragraf tersebut tidak bisa menyatu. 


2. Kelengkapan

Kelengkapan sebuah paragraf diwujudkan dengan terpenuhinya semua unsur pembentuk paragraf, yaitu :

- Gagasan utama

Tema atau ide yang menjadi dasar pengembangan paragraf

- Kalimat utama

Setelah mendapatkan ide atau gagasan utama, langkah selanjutnya adalah menuangkan gagasan utama tersebut ke dalam sebuah kalimat utama. Jadi dalam kalimat utama tersirat gagasan utama. Kita bisa meletakkan kalimat utama di awal, di akhir ataupun di awal dan di akhir sebuah paragraf

- Kalimat Penjelas
Sebuah kalimat utama yang mengandung gagasan utama belum bisa dikatakan sebuah paragraf, karena itu paragraf membutuhkan kalimat penjelas. Kalimat penjelas ini berfungsi menjelaskan ide dari kalimat utama sehingga menjadi jelas, rinci dan lengkap. Yang harus diperhatikan dalam membuat kalimat penjelas adalah, jangan sampai kalimat penjelas tersebut menyimpang dari ide pokok. Semua kalimat penjelas harus saling mendukung gagasan utama.
Dengan terpenuhinya semua unsur ini maka sebuah paragraf akan menjadi paragraf yang baik.

3. Kepaduan (Koherensi)

Kalimat-kalimat dalam sebuah paragraf yang terangkai secara logis dan saling mendukung gagasan utama disebut dengan kepaduan atau koherensi. Kepaduan ini bisa kita dapatkan dengan penggunaan konjungsi baik intra kalimat maupun antar kalimat.

Ketiga hal di atas adalah syarat wajib yang harus dipenuhi untuk membentuk paragraf yang baik. Dengan terpenuhinya syarat-syarat di atas, sebuah paragraf akan lebih mudah dipahami.

Contoh Paragraf :


    Dari dahulu hingga sekarang, boneka tetap menjadi mainan kesukaan anak perempuan. Mainan ini disukai anak perempuan karena bentuknya yang feminin. Selain bentuknya karena bentuknya yang unik, boneka juga disukai anak perempuan karena naluri alamiahnya sebagai seorang perempuan yaitu, suka mengasuh dan menyayangi.

2.  Jenis  Paragraf yang baik ?
Jenis-jenis paragraf dapat di cermati dan di baca di bawah ini:
  • Paragraf Narasi adalah suatu jenis paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau suatu peristiwa berdasarkan urutan waktu. Paragraf narasi terdiri dari narasi kejadian dan narasi runtut cerita. Paragraf narasi kejadian yaitu paragraf yang menceritakan suatu kejadian ataupun suatu peristiwa, sedangkan paragraf narasi runtut cerita yaitu paragraf yang pola pengembangannya dimulai dari urutan tindakan ataupun perbuatan yang menciptakan ataupun menghasilkan sesuatu.
  • Paragraf Eksposisi adalah suatu paragraf yang bertujuan untuk memaparkan, menyampaikan informasi, mengajarkan, menjelaskan dan juga menerangkan suatu topik kepada yang membacanya dengan tujuan untuk memberikan informasi sehingga memperluas pengetahuan si pembaca. Untuk memahami paragraph ini si pembaca harus melakukan proses berpikir dan juga melibatkan pengetahuan.
  • Paragraf Agumentasi adalah suatu jenis paragraf yang mengungkapkan ide, gagasan, ataupun pendapat penulis dengan disertai bukti dan juga fakta (yang benar terjadi). Tujuannya yaitu supaya si pembaca yakin bahwa ide, gagasan, dan pendapat tersebut adalah benar adanya dan terbukti.
  • Paragraf persuasi adalah suatu bentuk atau jenis karangan yang mempunyai tujuan membujuk pembaca supaya ingin berbuat sesuatu sesuai dengan keinginan penulisnya. Supaya tujuannya bisa tercapai, penulis harus mampu mengemukakan pembuktian dengan menggunakan data dan juga fakta.
4. Kata penghubung atau biasa dikenal dengan konjungsi merupakan kata yang biasanya digunakan sebagai penghubung, baik menghubungkan kata, frasa, atau kalimat. Pada dasanya kata penghubung dibedakan menjadi dua bagian yaitu kata penghubung antarkalimat dan intrakalimat. Untuk mengetahui pengertiannya lebih lanjut, perhatikan penjelasan di bawah ini.
  1. Kata Penghubung Antarkalimat
Kata penghubung antarkalimat berfungsi menghubungkan kalimat satu dengan kalimat yang lain. Kata penghubung (konjungsi) ini biasanya dimulai dengan kalimat yang baru dan diikuti tanda koma. Berikut adalah macam – macam kata penghubungn antarkalimat:
  • Kata penguhubung bermakna pertentangan
Hal ini dinyatakan di kalimat sebelumnya seperti: biarpun demikian, sekalipun demikian, walaupun demikian, meskipun begitu, namun, dan akan tetapi.
  • Kata penghubung bermakna kelanjutan
Hal ini dinyatakan dengan adanya lanjutan dari peristiwa atau keadaan pada kalimat sebelumnya seperti: sesudah itu, setelah itu, dan selanjutnya.
  • Kata penghubung bermakna ada peristiwa lain
Hal ini dinyatakan dengan adanya peristiwa atau keadaan lain, yang berbeda sama yang sudah dinyatakan sebelumnya, seperti: tambahan pula, lagi pula, dan selain itu.
  • Kata penghubung bermakna kebalikan
Kebalikan dari yang dinyatakan sebelumnya, seperti: sebaliknya.
  • Kata penghubung bermakna peristiwa sebenarnya
Hal ini dinyatakan dengan pernyataan suatu keadaan yang sebenarnya. Contoh konjungsinya:sesungguhnya, bahwasanya.
  • Kata penghubung bermakna menguatkan keadaan
Hal ini dapat dinyatakan dengan menjelaskan penguatan keadaan yang dinyatakan sebelumnya, seperti: malahan dan bahkan.
  • Kata penghubung bermakna konsekuensi
Contoh kata penghubung yang menyatakan konsekuensi adalah: dengan demikian
  • Kata penghubung bermakna akibat
Hal ini dinyatakan dengan peristiwa yang menjelaskan akibat: oleh karena itu, oleh sebab itu.
  • Kata penghubung bermakna mendahului
Hal ini dinyatakan dengan penjelasan mengenai kejadian yang mendahului hal yang dinyatakan sebelumnya. Konjungsinya adalah sebelum itu.

2.      Kata Penghubung Intrakalimat

Kata penghubung intrakalimat disebut juga konjungsi antarklausa. Konjungsi ini berfungsinya untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, dan klausa dengan klausa. Konjungsi intrakalimat terbagi jadi tiga yaitu sebagai berikut:
a. Kata Penghubung Koordinatif
Kata penghubung koordinatif berfungsi sebagai penghubung dua atau lebih unsur kalimat yang kedudukannya setara atau sama. Sehingga biasa disebut juga konjungsi setara. Berikut adalah macam – macam kata penghubung koordinatif berdasarkan maknanya:
  • Penambahan: dan, serta.
  • Pertentangan: tetapi, namun.
  • Pemilihan: atau.
  • Perlawanan: sedangkan, padahal.
b. Kata Penghubung Subordinatif
Kata penghubung subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua klausa atau lebih yang memiliki tingkat kalimat yang berbeda. Kata penghubung ini biasa disebut juga konjungsi bertingkat. Berikut adalah macam – macam konjungsi subordinati berdasarkan maknanya:
  • Waktu: sesudah, setelah, sebelum, sehabis, sejak, selesai, ketika, tatkala, sewaktu, sementara, sambil, seraya, selagi, selama, hingga, dan sampai.
  • Syarat: jika, kalau, jikalau, asal, asalkan, bila, manakala.
  • Pengandaian: andaikan, seandainya, andaikata, umpamanya, dan sekiranya.
  • Tujuan: agar, supaya, biar.
  • Konsesif (menyatakan sesuatu yang bertentangan dengan yang dinyatakan di klausa utama): biarpun, meskipun, sekalipn, walaupun, sungguhpun, kendatipun.
  • Pemiripan: seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, dan laksana.
  • Menyatakan sebab: sebab, karena, dan oleh karena.
  • Akibat: hingga, sehingga, sampai (atau sampai-sampai), maka, dan makanya.
  • Menyatakan penjelasan: bahwa.
b. Kata Penghubung Korelatif
Kata penghubung korelatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua kata, frasa, atau klasa, dan kedua unsur itu mempunyai tingkatan kalimat yang sama. Konjungsi ini terdiri dari dua bagian yang dipisahkan salah satu kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan. Fungsi dari kata penghubung korelatif sama seperti kata penghubung koordinatif. Berikut adalah contoh – contoh kata penghubung korelatif:
  • jangankan………, pun
  • baik…., maupun
  • sedemikian rupa……, sehingga
  • bukan hanya…, melainkan
  • tidak hanya…, tetapi juga
  • apakah…. ,atau

http://belajarsastra.com/penggunaan-kata-penghubung-dalam-paragraf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar